Pages

Tayangan Laman

Cari Blog Ini

Followers

chat with me !

Kamis, 19 Februari 2015

Daftar Serial Number Internet Download Manager - Daftar SN IDM 2015

Serial Number Internet Download Manager 6.15

S/N: XAGZU-SJ0FO-BDLTK-B3C3V
S/N: Y5LUM-NFE0Q-GJR2L-5B86I

Serial Number Internet Download Manager 6.15.6

S/N: 4BTJF-DYNIL-LD8CN-MM8X5
S/N: Y5LUM-NFE0Q-GJR2L-5B86I
S/N: XAGZU-SJ0FO-BDLTK-B3C3V

Serial Number Internet Download Manager 6.17.3

S/N: RLDGN-OV9WU-5W589-6VZH1
S/N: HUDWE-UO689-6D27B-YM28M
S/N: 398ND-QNAGY-CMMZU-ZPI39
S/N: UK3DV-E0MNW-MLQYX-GENA1
S/N: W3J5U-8U66N-D0B9M-54SLM
S/N: EC0Q6-QN7UH-5S3JB-YZMEK
S/N: GZLJY-X50S3-0S20D-NFRF9
S/N: UVQW0-X54FE-QW35Q-SNZF5
S/N: FJJTJ-J0FLF-QCVBK-A287M

Lyrics Only One by Kanye West Feat. Paul McCartney

As I lay me down to sleep
I hear her speak to me
Hello 'Mari, how ya doin'?
I think the storm ran out of rain, the clouds are movin'
I know you're happy, cause I can see it
So tell the voice inside ya' head to believe it
I talked to God about you, he said he sent you an angel
And look at all that he gave you
You asked for one and you got two
You know I never left you
Cause every road that leads to heaven's right aside you
So I can say

Hello my only one
Just like the morning sun
You keep on rising till the sky knows your name
Hello my only one
Remember who you are
No you're not perfect but you're not your mistakes

Hey, hey, hey, hey
Oh the good outweighs the bad even on your worst day
Remember how I'd say, hey, hey, one day
You'll be the man you always knew you could be
And if you knew how proud I was
You'd never shed a tear, have a fear
No you wouldn't do that
And though I didn't pick the day to turn the page
I know it's not the end every time I see her face
And I hear you say

Hello my only one
Remember who you are
You got the world cause you got the love in your hands
And you're still my chosen one
So can you understand
One day you'll understand

So hear me out, hear me out
I won't go, I won't go
No goodbyes, no goodbyes
Just hello, just hello
And when you cry, I will cry
And when you smile, I will smile
And next time when I look in your eyes
We'll have wings and we'll fly

Hello my only one
Just like the morning sun
You keep on rising till the sky knows your name
And you're still my chosen one
Remember who you are
No you're not perfect but you're not your mistakes

Hey, hey, hey, hey
Tell Nori about me, tell Nori
I just want you to do me a favor

Tell Nori about me, tell Nori about me
Tell Nori about me, tell Nori about me
Tell Nori about me, tell Nori about me
Tell Nori about me, tell Nori about me
Tell Nori about me...




Lyrics Only One by Kanye West Feat. Paul McCartney
Lirik Only One - Kanye West Feat. Paul McCartney
#OnlyOne #KanyeWest #PaulMcCartney

Catatan Hati : Pertemuan

9 Januari kami memulai semuanya, obrolan-obrolan ringan tertuang disana. Rasa nyaman pun tumbuh seiring bergulirnya kata-kata diantara pesan-pesan internet, hingga pada 11 Januari kami bertemu. Ya karena aku merasa obrolan dalam dunia ilusi tidaklah pasti, aku mengingkan dia berbicara langsung didepanku - menatapku - melihat ekspersi muka-bibir dan badan ku.

Malam, sudah hal biasa untuk ukuran kota Mega Metropolitan seperti Jakarta jika warganya melakukan aktifitas dimalam hari pun itu untuk sebuah pertemuan.
Dia datang seusai pulang kerja, aku melihat matanya dari helm yang ia gunakan. Yasudalah, sudah membuat janji mau gimana lagi. Kuajak dia ke kost ku, dibukanya perlahan helm itu dan nampaklah mukanya. Diluar ekspetasi, foto tak semanis aslinya.

Kami habiskan beberapa jam dengan obrolan ringan, dia tertawa beberapa kali, tapi aku tidak memasang mimik muka yang senang. Karena aku ragu dan tak punya rasa "pandangan pertama" dengannya. Hingga akhirnya dia bilang kepadaku untuk tidak takut.

Pergaulanku bebas, aku sebagai seorang wanita tidak pernah takut mengajak lelaki kekamarku pun itu untuk perbuatan yang dilarang.

Dia menghampiriku, kemudian merabah bagian-bagian sensitifku. "Hambar" aku tidak merasakan selera untuk bercinta dengannya. Namun kubiarkan saja dia memainkan imajinasinya. Sampai akhirnya dia berpamitan untuk pulang. Entah dia kecewa atau karena memang sudah pagi (sekitar pukul 2).

Malam itu malam pertemuan pertama kami, malam dimana cerita Catatan Penyeselan ini mulai kutulis. 

Ini hanyalah sebuah cerita imajinasi tentang kehidupan seorang remaja perempuan yang tinggal di Kota Jakarta. 






Tentang Sebuah Rasa

Tadinya aku sudah ingin tidur, karena besok pagi sudah bikin janji dengan teman ingin ke Kampung China Sewan di Tangerang. Tapi tiba-tiba rasa galau muncul, karena besok Hari Raya Imlek, jadi ingat semua berbau China. Termasuk seseorang yang pernah membuat hatiku tenang meski aku tak pernah melihatnya sekalipun (mungkin). Seseorang yang ku kenal dari dunia maya - dunia ilusi.

Beberapa saat aku sangat bahagia menghabiskan waktu dengannya, sekali dia mengajak ku bertemu di Taman Anggrek, tapi sayang aku tidak tahu dimana Taman Anggrek itu. Aku pikir Taman Anggrek itu ada di Medan, maklum saja Chines (Red) yang ku kenal ini tinggal di Medan.

Februari ini dia juga berulang tahun, aku sengaja tidak memberikan ucapan di Facebooknya. Karena aku suda mencoba berhenti menghubunginya, namun sesekali aku inbox dia, sesekali pula aku melihat pesan itu sudah dibacanya. Ya mungkin dia, mungkin juga orang lain. Tapi, hei kamu orang yang selalu kurindukan, selalu aku ingin mendengar suaramu, selalu menginginkan tawa renyahmu pun cadelmu yang selalu aku ejek aku sangat rindu kamu.

Suatu saat aku akan kesana, ketempat alamat yang pernah kamu kasih ke aku dikala itu.

Selain itu, malam ini orang yang pernah menghabiskan waktu banyak dengan ku tiba-tiba balas pesan fb ku, beberapa hal yang tidak penting kami bicarakan. Ada rasa benci, namun juga sayang disana. Aku membencinya dengan rasa yang lebih, aku kecewa dia pergi disaat dia sudah bisa seolah melupakan semua masa dimana hanya aku yang bersamanya.

Aku sudah mempunyai alineia cerita baru, dimana aku merasakan cinta kepada seseorang yang tadinya tidak kucinta sama sekali. Namun perlahan rasa itu muncul walaupun kemudian manis menjadi pahit. Aku tak berhenti membawel kepadanya, mengingatkan apa yang harus dia lakukan meski aku tahu dia tidak menginginkan itu. 


Selasa, 17 Februari 2015

Cadas Jontor aka Tebing Karaton / Keraton : Narsis nan Egois

AKU
Dok. Dede Ruslan


Central Park – Jakarta Barat menjadi kesepatakan kami untuk menjadi titik kumpul, Grandmax Hitam keluar dari Central Park menuju Salemba kali ini kami menjemput dua orang teman kami yaitu Anggri dan si Hadi yang akan menjadi sopir kami selama perjalanan. Setelah menjemput Hadi juga Anggri mobil menuju Semanggi karena ada dua orang teman kami yang tadinya di Central Park karena ada yang ingin mereka ambil di rumah mereka masing. Setelah semua anggota pas mobil pun terasa sesak. Hadi kini mengambil alih kemudi mobil yang tadinya dikuasai Adhi Illo. Isi dalam mobil pada bagian belakang yang tempat duduknya berhadap-hadapan diisi dengan 6 orang yaitu Aku (Erwan), Dede dan Selly sedangkan tempat duduk satunya diisi Adhi Illo dan Ferdinand. Bagian tengah ada Anggri, Pity, Eni dan Faranisah sedangkan dibagian depan Hadi bagian kemudi disampingnya ada Amri. Padat dan hangat.
Perjalanan kami lanjutkan setelah sempat berhenti di Rest Area karena ingin beli minum serta buang air. Tak lama pun kami keluar tol dan tiba di Kota Bandung, beberapa diantar kami menelpon Adhie yang telah duluan di Bandung yang nantinya juga akan menjadi guide kami. Kami janjian di salah satu resto siap saji, tak lama kami sampai di resto tersebut. Ada yang langsung pesan makanan karena sudah lapar, ada juga yang hanya numpang cuci muka. Adhie pun datang dengan motor maticnya dengan membawa boncengan satu orang.
Perjalanan langsung kami lanjutkan menuju Tebing Karaton, sempat kehilangan jejak Adhie yang melaju sedikit kencang, namun akhirnya bertemu kembali setelah ditelpon. Di depan, motor Adhie terhenti oleh seorang warga setempat. Kami sempat bertanya-tanya apa yang mereka bicarakan, Adhie menghampiri kami dan mengatakan kalau jalannya ditutup dan harus menggunakan jalan yang lain, namun bapak itu siap memandu.
Rutepun berganti. Semakin mendakit Tebing Karaton laju mobil semakin tersendat. Kami pun berteriak-teriak karena mobil tak sanggup menanjak. Dede orang diantara kami yang paling penakut, aku yang berada di samping pintu disuruhnya untuk cepat-cepat membuka pintu. Pintu dibuka dia pun keluar dengan cepatnya, sontak kami tertawa melihat tingkah konyolnya.
Perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki, hanya Hadhi yang membawa mobil ke pelataran parkir. Kami tiba masih di Tebing Karaton masih Subuh. Kemudian kami masuk areal Tebing Karaton tersebut dengan membayar Rp. 11.000,- peroang. Di lokasi sudah cukup ramai pengunjung, maklumlah kami kesana diakhir pekan. Beberapa diantara kami langsung ke lokasi tebing yang menjadi tempat favorite untuk berpose sedangkan aku, Illo, Amri, Ferdinand, Adhie dan temannya memilih untuk menikmati pemandangan dari spot yang lain dulu. Puas menikmati alam dari spot lain kami bergabung dengan teman-teman yang telah terlebih dahulu ke tempat utama tersebut.
Jadi tempat ini merupakan iconnya Tebing Karaton, setiap orang seolah-olah wajib foto disana, di Tebing yang berbatuan. Ternyata teman-teman kami yang terlebih dulu kesana masih saja berfoto-foto gentian satu sama lain. Padahal mereka sudah cukup lama disana. Karena kami baru bergabung maka kami juga tidak lupa untuk bernarsis ria. Satu persatu dari kami foto diatas batu, terkadang foto berombongan. Pada saat aku foto diatas batu, awalnya aku foto menghadap kekamera kemudian membelakangi kamera.
Teman-temanku berkata “Bagus tu, bagus gayanya”. Karena mereka anggap gaya membelakangi kamera tersebut bagus maka banyak dari mereka foto ulang alias mencoba berfoto diatas batu dengan gaya membelakangi kamera. Padahal mereka sudah cukup lama disana.
Beberapa orang melihat kami, mungkin mereka bosan, sebel, marah, geram, risih atau apalah. Karena aku merasa kami egois, dilokasi umum kami berfoto di icon suatu tempat wisata dengan waktu yang cukup lama, seolah-olah milik kami pribadi dan tak menghiraukan pengunjung yang lain.
Padahal sempat ada satu orang pengunjung yang langsung ke batu tersebut kemudian minta difoto, mungkin dia sudah bosan menunggu kami yang tidak puas-puas berfoto disana. Namun malah sebelum dia foto malah kami suruh untu memfoto kami, baru kemudian dia minta difoto. Kemudian pengunjung itu naik keatas, namun kami tetap saja disana.
Baru setelah merasa puas, kami naik keatas. Ada rasa malu pada saat melewati pengunjung yang lain, tapi akhirnya cuek. Disana kami bertemu dengan salah seorang teman yang pernah ngetrip bareng yaitu Adi Basah. Ngobrol sejenak kemudian kami langsung ke parkiran untuk melanjutkan ke destinasi selanjutnya.
Sedikit memperkenalkan asal usul nama Tebing Karaton yang ku baca dipapan di lokasi Tebing Karaton, Tebing (Sunda) Gawir, Karaton adalah sebuah kemewahan alam, kemegahan alam keindahan alam yang bias dinikmati bersama. Jadi Tebing Karaton bisa diartikan Tebing dengan kemegahan, kemewahan, serta keindahan alamnya. Tebing Karaton dulunya dikenal dengan Cadas Jontor dimana Cadas tersebut lebih menonjol dari cadas-cadas lainnya. Tebing Karaton mulai terkenal pada Mei 2014.

Untuk perhatian teman-teman sikap kami yang berlama-lama disatu tempat untuk bernarsis ria tersebut tidakla patut untuk dicontoh. Karena merugikan orang lain, berfotolah sewajarnya kemudian berikan kesempatan kepada pengunjung yang lainnya.

Lokasi            :  Kampung Ciharegem Puncak – Desa Wisata Ciburai -  Kecamatan Cimenyan  – Kabupaten  Bandung – Jawa Barat 40198
Tiket Masuk  : Rp. 11.000,- untuk wisatawan local
                         Rp . 76.000,- untuk wisatawan asing.
Parkir                         : Mobil Rp. 10.000,-
                         Motor Rp. 5.000,-
Peserta : 1.  Erwan Aris Syaputra (Saya sendiri) aka Erwan
                2.  Dede Ruslan aka Dede
            3. Adhie Illo aka Illo
            4. Nurhadi aka Hadhie Cullen
            5. Fajar Nur Amri aka Amri
            6. Adhie
            7. Temannya Adhie
            8. Ferdinand
            9. Selly Sukesi aka Selly
            10. Pity
            11. Anggri Ma Belle aka Anggri
            12. Enni
Rute dari Jakarta menggunkan mobil pribadi/sewaan : Masuk Tol Purbaleunyi kemudain keluar di Tol Pasteur, keluar Tol Pasteur belok kiri melewati jalan laying luruss kemudian setelah perempatan Jl. Ir. H. Juanda belok kiri kemudian ikut jalur..
Jangan malu untuk bertanya jika anda merasa salah jalan atau tersesat, usahakan untuk bertanya ke warga lokal daripada bertanya dengan internet.
Kejadian 14 September 2014

Dokumentasi :

Tempat Penjualan Tiket Masuk Tebing Karaton
Dok. Dede Ruslan


 
Pemandang Pagi Hari di Tebing Karaton 1
Dok. Erwan Aris Syaputra


Pemandang Pagi Hari di Tebing Karaton 2
Dok. Erwan Aris Syaputra

Doraemon dan Tebing Karaton
Dok. Erwan Aris Syaputra

Pemandang Pagi Hari di Tebing Karaton 3
Dok. Erwan Aris Syaputra
NARSIS

 
NARSIS 2
Dok. Adhie
Tulisan yang meceritakan asal usul Tebing Karaton
Dok. Dede Ruslan

Pelataran Parkir Mobil Tebing Karaton
Dok. Dede Ruslan



Jakarta, 17 Februari 2015. 10:58 PM
Erwan Aris Syaputra

Rabu, 11 Februari 2015

Sekarang Aku Tahu “Golongan Darah Ku B”


Setiap manusia pasti mempunyai darah, darah yang mengalir diseluruh badannya. Darah juga ada terbagi kedalam  beberapa golongan ada darah ningrat, bangsawan, sampai darah biru hehehe itu golongan darah menurut istilah, tapi secara ilmu Biologi darah dibagi menjadi  4 golongan yaitu darah A, B, AB dan O.
Kali ini aku ingin bercerita pengalam pertama aku test golongan darah, Jadi sewaktu masih kelas XI (Sebelas) SMA di Sekolahku mengadakan kegiatan test golongan darah. Aku tidak tahu kegiatan ini diprakarsai oleh siapa intinya ada kegiatan ini bagi siwsa yang ingin melakukan test golongan darahnya harus membayar uang sekian Rupiah (Lupa berapa ribu, kalo tidak salah Rp. 5.000,- atau Rp.15.000,- atau lebih atau kurang benar-benar lupa) tapi kata teman ku biayanya mahal, kalau kita test di Puskesmas biayanya lebih murah.
Tapi kalau kita pikir-pikir mumpung lagi ada uang jajan lebih jadi bisa digunakan untuk test golongan darah apa salahnya mencoba,  tidak ada ruginya lagian sekalian mensukseskan kegiatan Sekolah, Sekalipun benar semisal di Puskesmas lebih murah tapi kita cenderung malas untuk ke Puskesmas hanya untuk melakukan test golongan darah. Maka pada saat itu aku putuskan untuk melakukan test golongan darahku.
Test nya bergantian dari satu kelas ke kelas yang lain, jadi bagi siswa yang ingin melakukan test harus bergantian perkelas. Sewaktu itu ada rasa sedikit takut tapi penasaran dan juga sok-sokan. Setiap ada teman dari kelas lain selsai melakukan test langsung ditanya gimana proses testnya, jawaban mereka “biasa aja” “Cuma ditusuk doang” “gitu-gitu aja kok” pokoknya jawabannya makin membuat aku dan teman-teman penasaran.
Sekarang giliran kelasku XI IPA 3, hanya beberapa orang yang melakukan test golongan darah. Tiba didepan ruang, waktu itu test dilakukan diruang koperasi sekolah. Dag dig dug menunggu giliran ku masuk. Pertama masuk aku duduk, kemudian petugasnya menyodorkan kartu. “Tulis nama lengkap, sama tanggal lahir” celetuk petugas sedikit dingin. Setelah selesai ku tulis kertas ku kembalikan, kemudian dia meminta tangan ku. Diambilnya jari tengah kemudian dibersihkannya dengan tisu basah, terasa dingin lalu dia mengambil perlatannya diletakka ke jari tengah ku “cklik” jari ku mengeluarkan darah. Dibimbingnya jariku kekertas yang tadi ku tulis, ditekannya beberapa kali pada kolom yang mempunyai keterangan A, B, AB, dan O. Setalah itu jariku dilepas aku diberinya tisu untuk menakan agar jariku tidak berdarah lagi.
Ku lihat petugas itu memberikan cairan pada darahku, kemudian dilingkarinya kolom B. “Terima kasih ya” ucap petugas itu sembari memberikan kertas seukuran kartu siswa itu. Kurang ramah menurutku petugas itu dan informasi yang dia berikan sangat kurang. Aku mengambil kesimpulan bahwa golongan darah ku B. Karena dia melingkari kolom yang mempunyai keterangan B. ternyata benar golongan darah ku B, setelah kutanya pada guru ku dengan memberikan kertas yang ternyata kartu golongan darah tersebut. Sejak saat itu setiap mengisi biodata, aku selalu megisi kolom golongan darah, dan tidak beberapa lama kemudian aku memberanikan diri untuk mendonorkan darahku.
Aku merasa bangga telah mengetahui golongan darah ku, karena bermanfaat jika ada yang membutuhkan darah mendadak aku bisa membantu jika golongan darahnya sama dengan ku.
Berbagi pengalamannya sudah dulu ya, nanti kita lanjut lagi.


NB : Pengalaman test golongan darah ini sekitar tahun 2008 atau 2009 intinya pada saat aku kelas XI SMA.

Jakarta, 11 Februari 2015 12:16 PM

Erwan Aris Syaputra

Menuju Pare yang Manis (Kampung Inggris)


Sedikit informasi yang saya dapatkan dari Kang Doni yang pernah ke Kampung Inggris a.k.a Pare, aku pun nekat kesana. Awalnya aku mengajak teman-teman kampus untuk menghabiskan waktu libur semester genap di Pare sembari belajar Bahasa Inggris. Namun mendekati hari H keberangkatan satu persatu teman mundur, dengan beberapa alas an klasik –tidak dapat izin orang tua –tidak punya cukup uang –sampai tidak mau naik kereta api ekonomi. Hingga akhirnya aku ke Pare dengan sendirinya.
Jadwal keberangkatan kereta api pukul 2 siang dari Stasiun Jatinegara – Jakarta Timur. Jujur saja ini juga pengalaman pertama ku naik kereta api dengan perjalanan yang cukup jauh, selama ini hanya sebatas kereta api rute Jabodetabek atau paling jauh ke Rangkas Bitung sewaktu ingin ke Baduy. Pukul 11 siang aku mandi setalah itu makan siang, sengaja lebih awal karena takut telat. Aku berangkat ke Stasiun dari Kontrakan Ayuk Nur yang berada di Lampiri – Jakarta Timur dengan menggunkan Metromini rute Pondok Kelapa – Kampung Melayu yang melewati Stasiun Jatinegara dengan cukup membayar Rp. 2.000,- (Dua Ribu Rupiah).
Setiba di Stasiun Jatinegara aku duduk bingung dengan memasang telinga lebih agar tidak ketinggalan informasi kereta yang akan kutumpangi. Rupa punya rupa kereta Gaya Malang yang akan ku tumpangi keberangkatannya ditunda 15 menit (Hal yang biasa). Namun kareta informasi keberangkatan kereta yang molor itulah aku jadi mengetahui beberapa penumpang yang satu kereta dengan ku.
Salah satunya Ibu yang tak sempat ku tanyakan namanya, umurnya mungkin lebih dari 60 tahun tujuannya ke Stasiun Malang. Kasian Ibu tua itu tiket yang dia dapatkan tiket yang tanpa tempat duduk, karena tidak punya teman maka aku mengajak ibu itu untuk berbagi kursi dengan ku nantinya di kereta.
Tidak lama kami bercakap-cakap yang kami tunggu akhirnya tiba juga, orang-orang berdesak-desakan masuk kedalam gerbong kereta. Begitupun dengan ku, aku juga ikut-ikutan karena kata mereka kereta berhenti tidak terlalu lama jadi jangan sampai kita ketinggalan kereta. Setelah masuk kereta, bukan kepalang kereta penuh berdesak-desakan. Saat itu aku bingung karena gerbong yang aku naiki penuh semua kursi telah ditempati, untung ada bapak-bapak yang menanyakan tempat dudukku digerbong mana. Hahaah aku tidak tahu kalau tiket yang ku beli memberikan keterangan dimana nantinya aku duduk. Setalah ku lihat tiket ternyata aku salah gerbong dan terpaksalah aku mencari gerbong tempat kursi ku. Cukup menantang untuk melewati orang-orang yang penuh berdesakan di dalam kereta, ada yang duduk-berdiri, penumpang-pedagang semua berbaur. Bau-panas-pengap-keringatan-capek-bingung bercampur aduk.
Hingga akhirnya aku tiba digerbong yang hendak ku tuju, namun tempat dudukku telah ditempati orang. Ku cocokan kembali nomor kursi juga nomor gerbong dengan yang ditiket ku. Iya benar, disini. Hingga akhirnya aku menanyakan “Maaf Pak, Tempat duduknya punya bapak atau gimana ya? Soalnya ditiket katanya saya duduk ditempat bapak” sembari senyum rada-rada takut. Ternyata bapak itu hanya numpang duduk saja. Akhirnya aku menemukan tempat duduk ku J
Kereta sudah laju dengan kencangnya, suasana kereta masih sama. Tiba-tiba Ibu tua yang ku temui di Stasiun menegurku. “Di sini rupahnya kamu Nak” “Iya Buk” Jawabku sembari tersenyum. Ibu meletakkan barang bawaannya kemudian mengambil kertas Koran bekas didalam tas gendongnya. Kemudian diletakkannya diatas lantai, dudukla dia disana. Sungguh seketika aku membayangkan jika Ibu itu adalah Ibuku, tak tegah rasanya. “Buk sini duduk disamping saya, masih bisa kok Buk buat satu orang lagi” oh iya, jadi tempat duduk ku itu untuk dua orang, namun bisa untuk tiga orang namun akan berasa tidak nyaman. Kebetulan disamping Bapak-bapak sekitar 50 tahun lebih umurnya, pas aku mengajak Ibu tadi duduk bersama kami, bapak itu menegor ku. “Dek, ini untuk 2 orang bukan untuk 3 orang” dengan eksperisi muka yang kurang bagus. “Astaga Pak, kasian Ibu nya”Jawab seorang Ibu yang duduk dihadapanku (kursi tempatku dua dua kemudian berhadap-hadapan) “Iya kasian Pak” jawab anak remaja yang disamping Ibu itu. Ternyata dua wanita itu anak dan istri dari bapak yang duduk disampingku.
Namun bapak itu tetap tidak mau duduk bertiga. “Sudah bapak duduk disini biar Ibu yang duduk bertiga disana” celetuk Istrinya. Barulah kemudian bapak itu mau pindah duduk disamping anaknya, kemudian kami duduk bertiga. Kereta beberapa kali berhenti dibeberapa Stasiun ada yang naik ada yang turun, suasana kereta semakin berasa unik. Hilir mudik pedagang membuat kereta tak pernah terasa sunyi, tak hanya pedagang asongan yang menjajalkan dagangannya dari air mineral, air soda, permen, rokok, makanan ringan, mie cup, nasi bungkus, sampai ada beberap yang menjajalkan kebutuhan dapur seperti cabai, bawang dan lainnya. Tidak hanya yang bisa dimakan yang tak bisa dimakan pun dijajalkan jam tangan, ATK, peralatan dapur, kosmetik. Semua ditambah lengkap dengan adanya musisi-musisi jalanan yang terkadang suaranya kurang sedap ditelinga, para hafidz yang melantukan satu dua surat pendek berkali-kali disetiap gerbong, atau para mereka yang berasa bermuka garang dengan sengaja hanya meminta-minta, pun dengan mereka para “petugas kebersihan” yang hilir mudik menyemprotkan pengharum ruangan kesela-sela penumpang kereta bukannya membuat wangi tetapi malah mebuat udara makin pengap, ada juga mereka yang mengambil sampah-sampah di kereta karena penumpang yang tidak tahu diri. Atau mereka yang menjual kekurangan mereka, dengan mengharapkan ibah. Dari kaki ku menginjak gerbong kereta sampai kakiku meninggalkan gerbong kereta suasana masih sama. Unik.
Beruntunglah aku saat itu berada disekeliling orang-orang baik, perjalanan terasa sangat amat manis. Bisa menyaksikan banyak kenyataan hidup. Membuat diri lebih bisa menghargai sesama. Perutku pun tak pernah terasa lapar. Ibu-ibu disekitarku selalu memberiku makanan, mulai dari cemilan, minuman, buah, sampai nasi pun aku mereka memberiku. Berbagi, ya itulah yang ku rasakan. Makan sore pada saat itu terasa sangat berkesan, makan dikereta dengan goyang-goyang  dalam kerumanan manusia  yang hilir-mudik menggantungkan kehidupan mereka pada besi berjalan tersebut. Menu makan malam itu yaitu ayam tumis yang dimasak khusus oleh Ayuk Nur untuk bekalku dijalan. Tidak hanya itu ibu-ibu disampingku juga member ku lauk yang mereka juga bawa dari rumah, sekali lagi kami “berbagi”.
Sepanjang perjalanan waktu lebih banyak kami habiskan dengan mengobrol, membahas tentang mau mana dan dari mana kami, berkat obrolan ini jugalah aku dititipkan ke Mas Mas yang akan turun ke Stasiun Kediri sama dengan ku, Ibu-ibu memang baik, dia kaget karena aku tak tahu dimana posisi Pare itu dan ditambah aku tak ada saudara ataupun kenalan disana, sampai-sampai aku dikasih nomor hp nya, semisal terjadi apa-apa dengan ku aku bisa menghubungi mereka.
Perjalanan panjang yang menguras tenaga tapi menyenangkan itu akhirnya berakhir, Stasiun Kediri sudah didepan Mas yang aku tak tahu namanya itu menghampiriku agar aku bersiap-siap kedepan pintu. Aku pamitan melanjutkan perjalanan kepada mereka yang sudah bertambah didepan dan disampingku yang awalnya berempat hingga akhirnya bertujuh setelah ada Ibu muda yang menggendong anaknya duduk disamping Bapak yang tadinya tidak mau diganggu akhirnya terketuk juga hatinya. Ada rasa haru kurasakan, tapi perjalanan masih panjang. Ku segerakan kedepan pintu, nasehat dari mereka terus diucap “Hati-hati ya  Nak” “Jaga diri baik-baik ya Dek” hingga akhirnya semua hilang dari pendengaranku.
Tak banyak yang turun di Stasiun Kediri, suasana Stasiun yang masih dini hari masih terasa sepi dan dingin. Mas yang tadi bersamaku mengajak untuk mampir dulu ke rumahnya baru besok aku melanjutkan perjalanan. Tapi aku menolaknya, pikirku uangku pas-pasan dan tak enak menyusahkan orang, akhirnya Ma situ pamitan pulang. Aku kembali sendiri di Stasiun menunggu pagi. Dinginnya pagi itu menambah rasa kantukku, aku yang hanya memakai celana pendek akhirnya mengambil sarung yang ada didalam tas, kemudian tiduran dikursi.
Tak begitula lama aku tiduran, tiba-tiba ada suara kereta. Orang-orang turun dari kereta , aku kemudian duduk melihat mereka. Lagi-lagi seorang ibu dengan anaknya kisaranan 10 tahun mendatangiku untuk meminjam hp ku untuk menelpon orang rumahnya, karena pulsa hp mereka habis. Setelahnya mereka pergi.
Aku kembali tiduran dikursi. Sembari tiduran aku mendengar anak-anak muda berbicara berbahasa Inggris dengan temannya, terus kusimak obrolan mereka. Hingga akhirnya aku bangun “Mbak, mau Kampung Inggris ya?” kata ku spontan. “Iya, ada apa ya Mas” jawab salah satu dari mereka. “Oh saya juga ingin ke sana Mbak” hingga akhirnya kuceritakan kronologis kenapa aku bisa sampai ada di stasiun.
Mereka bertiga pulang dari liburan di Bandung, salah satu dari mereka yang masih ku ingat namanya yaitu Kak Tika. Mereka bertiga berasal dari Makassar. Kesepakatan waktu itu yaitu kami sewa mobil sampai ke camp mereka. Denga biaya Rp. 100.000,- satu mobil dibagi empat jadi Rp. 25.000,- perorang.
Selama di mobil mereka bertiga berdiskusi mau dikemanakan nantinya aku, memang setelah ku ceritakan semuanya mereka langsung mengambil inisiatif untuk menolongku, ku dengar beberapa obrolan mereka “Iya kalo camp nanti kita suruh dia camp ke Zeal Boy aja. Kan di Zeal Boy cowoknya keren-keren”.
Sampai disini dulu ya. Nanti kita lanjutkan gimana kesan-kesan ku pas pertama masuk ke Kampung Inggris  - Pare. Kemudian kemana saja mereka mebawaku, kursus dimana aku, tinggal dimana aku. Nanti kita bahas dicerita selanjutnya.



NB : Aku ke Kampung Inggris Pare pada liburan kuliah semester genap 2011, aku mencoba mengingat-ingat kembali moment-moment indah itu.

Jakarta,10 Februari 2015 5:13 PM


Erwan Aris Syaputra